Tidak sedikit orangtua yang mengeluhkan anak remajanya susah diajak bicara dan perilakunya sukar dimengerti. Ada dua hal utama yang menjadi perhatian remaja. Pertama, identitas dan kepribadian. Sedang yang kedua, remaja membutuhkan pengakuan.
1. Identitas dan Kepribadian
Satu kali, seorang remaja datang ke
studio foto dengan potongan rambut seperti helm tentara Romawi kuno. Kepalanya
dicukur klimis, kecuali bagian tengah rambutnya, dari depan ke belakang diatur
tegak lurus. Barangkali ia salah satu pengagum tentara Romawi.
Anak remaja
memang seperti itu. Mereka akan berusaha tampil seperti idolanya. Kalau
idolanya pemain sepak bola terkenal seperti David Backham, rambutnya akan
dicukur mirip potongan rambut idolanya. Bahkan, anak remaja yang suka menonton
film laga seperti Wiro Sableng, sering kali kakinya bergerak seolah menendang
dan tangannya bergerak seolah-olah memukul atau menangkis pukulan. Dari sini
terlihat bahwa anak remaja memang sedang mencari identitas diri.
Yang pasti, idolanya bukan pribadi
yang cengeng dan "memble", melainkan satu tokoh yang dianggapnya
keren, gagah, dan populer. Ketika anak tidak mendapatkan sesuatu yang dapat
dijadikan idola dari ayah atau ibunya, mereka tidak sulit untuk mengambil tokoh
idolanya dari tayangan tv, komik, atau majalah.
Apakah orangtua pernah menyediakan
waktu untuk berbicara secara jujur dan terbuka dengan anak remajanya sehingga
mengerti benar apa yang ada di dalam pikiran dan perasaan, serta kerinduan hatinya?
Sesungguhnya, remaja sangat
membutuhkan bimbingan dan arahan untuk hidupnya. Berikan bimbingan dan
pengarahan kepada remaja dengan kasih, tetapi tegas. Hindari cara memerintah
dengan keras. Usahakan berbicara dengan sabar perihal hak dan tanggung jawab,
pendidikan dan disiplin, juga hukum tabur-tuai. Misalnya, setiap sore ingatkan
untuk menyelesaikan tugas sekolah, menyiapkan perlengkapan sekolah dan menaruh
di meja belajarnya. Baru keesokan paginya diperiksa kembali sebelum dimasukkan
ke dalam tas. Dengan cara itu, diharapkan tidak ada perlengkapan yang
tertinggal. Demikian juga harus terus-menerus diingatkan untuk menyimpan
pakaian, tas, sepatu di tempat yang disediakan agar tidak menimbulkan kesulitan
ketika diperlukan.
Bimbingan
dan arahan orangtua kepada remaja tidak hanya melulu perkara lahiriah dan
berhubungan dengan sekolah maupun etika pergaulan, tetapi juga berkenaan dengan
kehidupan iman yang sangat penting artinya dan sangat perlu diberikan untuk
remaja dengan kasih, tetapi tegas.
Ada seorang remaja diterima di
salah satu SLTA. Setelah mulai bersekolah, dia mengetahui bahwa hanya dia
sendiri yang beragama Kristen. Dia memilih keluar dan tidak bersekolah. Ia
mengalami kecemasan karena sendirian beragama Kristen.
Ada seorang lulusan SLTA diterima
bekerja di salah satu instansi pemerintah. Ketika akan menjalani pendidikan
prajabatan, dia memilih mengundurkan diri karena tidak ada teman lain yang
beragama Kristen. Dia tidak memiliki keyakinan bahwa beragama Kristen akan
memberikan jaminan rasa aman.
Sangatlah strategis menanamkan kehidupan iman
kepada remaja. Bahkan semestinya lebih dini lagi. Sejak kanak-kanak, mereka
harusnya sudah diperkenalkan secara pribadi kepada Tuhan Yesus. Tidak perlu
harus menunggu ketika mereka sudah beranjak remaja. Sejak balita, anak-anak
dituntun untuk berdoa kepada Tuhan Yesus, baik pada saat bangun tidur, sebelum
tidur, sebelum makan, atau sebelum berangkat ke sekolah. Dan yang penting
diperhatikan, anak-anak maupun remaja akan dengan mudah mengambil teladan hidup
dari iman orangtuanya sendiri. Oleh sebab itu, orangtua patut hidup dalam iman
dengan sungguh-sungguh. Setiap orangtua perlu memerhatikan perkataan Tuhan
Yesus, "Siapa saja yang menyebabkan salah satu dari anak-anak kecil ini
yang percaya kepada-Ku ini berbuat dosa, lebih baik baginya jika sebuah batu
giling diikatkan pada lehernya lalu dibuang ke dalam laut" (Mrk. 9:42).
Betapa seriusnya Tuhan Yesus memberikan
kepercayaan dan tanggung jawab kepada orangtua untuk membimbing dan mengarahkan
anak kecil yang sudah dikaruniai iman kepada-Nya. Penyesatan yang menyebabkan
anak berbuat dosa dapat dilakukan orangtua secara pasif atau aktif. Secara
pasif, misalnya dengan cara orangtua tidak memberitahukan dan membimbing anak
untuk melakukan hal yang benar; tidak memberikan teladan yang benar. Secara
aktif, penulis menjumpai di suatu daerah gersang sewaktu musim palawija, anak-anak disuruh
orangtuanya mencuri mentimun, terong, atau buah nangka untuk disayur. Atau anak
disuruh berbohong dengan mengatakan ibunya tidak ada ketika tukang kredit
datang menagih angsuran pembayaran.
Pembentukan identitas dan
kepribadian sedemikian penting pada masa remaja. Sehingga kelalaian dan
pengabaian memberikan bimbingan dan arahan identitas hidup iman Kristen tentu
akan memunyai pengaruh dan akibat yang jauh di dalam hidup remaja.
Pembentukan kepribadian dapat
diperoleh melalui didikan dan disiplin yang terus-menerus dengan sentuhan
kasih. Didikan yang dimaksud bukanlah belajar di sekolah, melainkan didikan
orangtua kepada anak sejak balita, anak-anak, dan remaja menuju dewasa. Remaja,
bahkan sejak anak-anak, harus banyak mendapat didikan, pemberitahuan,
informasi, nasihat, teguran, bahkan jangan dihindarkan hajaran atau disiplin
bilamana diperlukan. Hajaran atau disiplin itu bisa berupa suatu hukuman tidak
diberi uang saku untuk sementara waktu
BERSAMBUNG....
Di tunggu kelanjutan artikelnya
BalasHapus🙏🙏